Senin, 15 April 2013



Laporan dari Malaysia

Berkat Proyek Pesawat N250 Ciptaan Habibie, RI Punya Banyak Ahli Dirgantara






Langkawi (info dirgantara) - Tidak dapat dipungkiri proyek pembuatan pesawat N250 yang dipimpin BJ Habibie banyak menciptakan para ahli-ahli pembuat pesawat nasional. Namun sebagian dari ahli-ahli tersebut saat ini bekerja di perusahaan milik asing.

"Proyek N250 itu sisi positifnya banyak menciptakan para ahli-ahli pembuat pesawat nasional," kata Vice President Sales & Marketing PT Dirgantara Indonesia Arie Wibowo kepada detikFinance di 12th Langkawi International Maritime & Exhibition 2013 (LIMA '13), Malaysia, Selasa (26/3/2013).

Kata Arie, apalagi proyek tersebut juga mendapat dukungan penuh negara, terutama dari sisi pendanaan. Karena itu banyak tercipta banyak ahli pesawat di dalam negeri. Ari menjadi salah satu ahli pesawat yang lahir dari proyek pesawat tersebut. "Makanya saya bangga dengan N250," katanya.

Namun karena proyek tersebut dihentikan, ahli-ahli pesawat terbang dari Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) saat ini terpencar di berbagai negara. Ada yang bekerja di Airbus, Boeing, ATR, Eurocopter, dan banyak lagi.

"Termasuk saya sendiri, dulu saya setelah IPTN tidak ada kepastian saya kerja di perusahaan pesawat asing di luar negeri banyak yang pindah, tapi banyak pula yang masih setia di PT DI. Dan ketika dipanggil kembali saya bersedia pulang, dan masih banyak ahli-ahli pesawat terbang kita di luar sana akan bersedia jika dipanggil kembali dan membangun industri pesawat terbang Indonesia menjadi jauh lebih besar lagi," tandasnya.

Selasa, 02 April 2013

10 Pesawat Terbang Yang Gagal Diproduksi Massal


1. TUPOLEV TU-144
Pesawat yang mirip dengan Concorde ini adalah pesawat supersonic pertama yang dibuat Rusia yang mencapai kecepatan March 2 (2 kali kecepatan
suara), pesawat yg dijuluki “Concordski” ini begitu cepat namun tertimpa kesialan yg bertubi-tubi, 3 pesawat jatuh salah satunya jatuh ketika beraksi
di Paris Air Show 1973 yg disaksikan beribu pasang mata.
Suatu kecelakaan yg dramatis sehingga pesawat ini akhirnya hanya dijadikan sebagai pesawat pengantar surat oleh pemerintah Rusia, pada tahun 1985
pesawat ini berhenti mengudara.

2.B.O.A.C. de Havilland Comet

COMET merupakan pesawat jet komersial Inggris pertama sekaligus merupakan kebanggan inggris ketika mengudara pertama kalinya pada tahun
1949, tapi sekarang hanya dikenang sebagai pesawat yang sangat tidak aman untuk terbang, dari 114 yang diproduksi 13 diantaranya jatuh karena
cacat produksi karena salah satu material logam dari pesawat itu mudah rusak.

3. H-4 Hercules

The “Spruce Goose” begitu pesawat ini dijuluki adalah pesawat paling pintar sekaligus paling besar namun juga merupakan pesawat paling mubadzir yang
pernah dimiliki pemerintah Amerika. Dengan rentangan sayap yang panjangnya 319 Feet atau sekitar 97 meter pesawat ini rencananya akan
dipakai untuk perang dunia II, namun setelah perang dunia II berakhir pesawat ini belum selesai dibuat, setelah selesai diproduksi pesawat ini hanya
pernah terbang 1 kali saja.

4. LWS-4 Zubr

Zubr merupakan pesawat yang buruk sekaligus tak bermanfaat, selain tidak nyaman ketika terbang juga bisa hancur tanpa peringatan ketika menerima
tekanan udara yang tinggi, tak hanya itu pesawat ini tidak mampu terbang ketika dimuati hanya beberapa dus rokok saja. Pesawat ini pernah terbang
beberapa kali ketika perang dunia II namun tidak pernah terlibat dalam
pertempuran.

5. Christmas Bullet

Nama yang bagus, pesawat yang buruk, Dr. William Christmas melupakan 1 hal ketika mendesain pesawat ini, dia tidak tahu kalau sayap pesawat model
ini butuh penopang alhasil ketika terbang perdana pada tahun 1918 sayap pesawat ini hancur berantakan dan jatuh.

6. Beechcraft Starship

Dengan konstruksi carbon-composite, desain yang unik dan mesin turbo dibelakang, Starship merupakan suatu terobosan baru namun pesawat ini
terlalu lamban, sukar untuk diterbangkan dan sulit untuk di pelihara.
Pesawat ini mengudara pada tahun 1989 tetapi hanya laku beberapa unit
saja dari 53 buah yang dibuat.

7. Hiller VZ-1

Hiller VZ-1 tampak bagus diatas kertas namun tampak jelek diudara. Idenya sederhana saja, sebuah kipas berputar dan putaran itu menghasilkan
dorongan keatas, sementara sang pilot mengendalikan pesawat sambil berdiri.
Departemen pertahanan Amerika jatuh cinta dengan model pesawat ini tetapi
ketika diterbangkan diatas kecepatan 16 Mil/jam pesawat ini sulit dikendalikan bergerak kesana-kemari akhirnya project ini dihentikan pada tahun 1950an.

8. A-12 Avenger II

Pesawat project-nya Departemen pertahanan Amerika ini memakan biaya yang begitu besar dan boros, juga merupakan project paling memalukan di
era 1980an karena sistem radar yang menggunakan bahan composite ini sering tidak berfungsi. Riset untuk memperbaiki kekurangan ini hanya
menjadikan biaya pembuatan pesawat ini melambung tinggi menjadi $165 Juta/unit (sekitar RP. 1,5 Triliun) akhirnya project ini dihentikan oleh Menteri
pertahanan Amerika pada tahun 1991.

9. Royal Aircraft B.E.2

Dengan mesin yang seperti kurang darah, miskin kemampuan manuver dan posisi senapan yang menghalangi pilot. Pasukan Jerman dengan mudah
menembak jatuh pesawat-pesawat ini dalam pertempuran perang dunia I.

10. Boeing XB 15

XB 15 merupakan pesawat terbesar yang pernah dibuat Amerika selain H-4 Hercules, pembom ukuran raksasa ini bahkan ada kamar tidur untuk kru di
bagian sayapnya. Ketika diuji coba pada tahun 1937 pesawat ini tidak mampu terbang lama dan hanya mampu melaju dalam kecepatan 200 mil/jam,
angkatan udara Amerika menghentikan project ini, selanjutnya pesawat ini dimodifikasi dan hanya dijadikan pesawat kargo dengan nama Boeing XB.




AirAsia beli pesawat A320 RM29.14 bilion 
               AirAsia  beli pesawat A320 RM29.14 bilion
Dari kiri Tony Fernandes, Kamarudin, Cameron, David Jones (Menteri Wales); Fabrice Brégier (Ketua Pegawai Eksekutif Airbus dan John Leahy (Ketua Pegawai Operasi Pelanggan) ketika mengumumkan tempahan 100 pesawat A320 di Broughton, United Kingdom, semalam. Syarikat muktamadkan perjanjian tempahan baru 100 unit

AIRASIA Bhd terus mengukuhkan kehadirannya di Asia apabila memuktamadkan perjanjian untuk menempah 100 lagi pesawat Airbus A320.

Harga katalog bagi semua 100 pesawat itu ialah AS$9.4 bilion (RM29.14 bilion).
Ketua Eksekutif Kumpulannya, Tan Sri Tony Fernandes ketika mengumumkannya berkata, langkah itu adalah sebahagian strategi AirAsia untuk mengekalkan kedudukannya sebagai syarikat penerbangan tambang murah terbaik di Asia menerusi penambahan laluan baru dan peningkatan frekuensi yang menyeluruh.


Beliau berkata, tempahan baru itu meningkatkan jumlah tempahan pesawat AirAsia kepada 475 unit, dengan 100 daripadanya sudah diterima setakat ini.

Katanya, tempahan baru itu yang merangkumi 36 pesawat A320 dengan kapasiti ‘Current Engine Option (CEO)’ dan 64 yang dilengkapi New Engine Option (NEO) adalah bagi mengembangkan penguasaan pasaran teras AirAsia, iaitu di Malaysia, Thailand dan Indonesia, serta pasaran yang baru diterokanya iaitu Jepun dan Filipina.

Ia juga kata beliau, akan meningkatkan capaian syarikat penerbangan itu ke pasaran yang mempunyai penduduk ramai seperti China dan India.

"Tempahan baru ini sejajar dengan strategi memperluaskan rangkaian penerbangan kami menerusi pelancaran laluan baru dan penambahan frekuensi, sekali gus membolehkan AirAsia mengekalkan penguasaan pasaran terutama di Malaysia dan Thailand.
Catat pertumbuhan kukuh

"Di Malaysia, kami berdepan pelbagai cabaran dalam tempoh 10 tahun lalu, tetapi AirAsia terus mencatatkan pertumbuhan kukuh daripada segi muatan dan pendapatan. Kunci kejayaan kami adalah kerana fokus dan disiplin yang diukur dari aspek kos dan model perniagaan," katanya kepada sidang media di sini, semalam.

Tempahan 100 pesawat Airbus A320 itu diumumkan sempena lawatan Perdana Menteri Britain, David Cameron, ke kilang pembuatan sayap pesawat Airbus di Broughton, United Kingdom.

Pada majlis pemeteraian perjanjian tempahan itu, Tony mewakili Kumpulan AirAsia manakala Airbus diwakili oleh Presiden dan Ketua Eksekutifnya, Fabrice Brégier. Yang turut hadir ialah Timbalan Ketua Eksekutif Kumpulan AirAsia, Datuk Kamarudin Meranun.

Tony berkata, AirAsia Thailand telah menyaksikan pertumbuhan pantas bagi penumpangnya dan berada pada landasan untuk menjadi antara penyumbang utama kepada pendapatan AirAsia selepas operasi di Malaysia.

"Memandangkan AirAsia Jepun dan AirAsia Filipina adalah unit penerbangan baru bagi Kumpulan AirAsia, tumpuan kami kini adalah bagaimana untuk meningkatkan keuntungan, mengekalkan kos yang rendah dan memastikan AirAsia terus menjadi pilihan utama di pasaran berkenaan," katanya.

Penghantaran bagi 36 pesawat Airbus A320 CEO yang ditempah AirAsia itu adalah sehingga 2016, dengan dua daripadanya akan diterima AirAsia tahun depan; empat pesawat (2014); 22 pesawat (2015) manakala lapan lagi pada 2016.

Sementara itu, 64 pesawat Airbus A320 NEO akan mula dihantar bermula 2017 membabitkan lapan pesawat; 14 pesawat (2018); 15 pesawat (2019); 14 pesawat (2020) dan 13 lagi pada 2021.

Senin, 01 April 2013

Anak Usaha Lion Air, Malindo Air, Mulai Beroperasi




                    http://statik.tempo.co/data/2013/03/25/id_174184/174184_475.jpg
Jakarta,(Info Dirgantara)-Wakil Menteri Transportasi Malaysia Datuk Abdul Rahim Bakri meluncurkan maskapai hibrida baru, Malindo Air, di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Ia mengatakan penerbangan dengan rute Kuala Lumpur-Kota Kinabalu dapat mendorong aktivitas pariwisata ke Sabah. "Diharapkan jumlah pengunjung dapat mencapai angka 1,87 juta," katanya melalui keterangan resmi, Senin, 25 Maret 2013.

Ia menjelaskan Malindo Air berencana menjadikan Kota Kinabalu sebagai pusat kedua. Maka, kata dia, akan ada akses langsung menuju Sabah dari Indonesia, Korea, Jepang, dan Cina. Hal itu dianggap Bakri dapat meningkatkan investasi di negara tersebut serta membuka lapangan pekerjaan.

Malindo Air beroperasi dengan menggunakan Boeing 737-900ER. "Sesungguhnya kami bangga menjadi maskapai pertama yang terbang menggunakan 737-900 ER di Malaysia," kata Chief Executive Officer Malindo Air, Chandran Tama Muty. Maskapai tersebut menawarkan konsep hibrida, melalui kelas bisnis dan ekonomi.

Malindo Air merupakan anggota Lion Group. Maskapai itu membuka penerbangan berjadwal di seluruh wilayah Malaysia dan Asia. Maskapai tersebut rencananya akan menerbangkan 100 pesawat dalam 10 tahun mendatang.

Selain itu, Malindo Air akan mulai melayani rute dengan waktu tempuh lebih dari 5 jam penerbangan dari Ibu Kota Malaysia.

Sabtu, 30 Maret 2013

Heboh Penampakan Pesawat Tempur Terbaru Cina



Cina,(Info Dirgantara)-Di artikel sebelumnya, saya cenderung mengatakan bahwa barang misterius ini hanyalah sebuah pesawat latih Hongdu L-15 yang diangkut dengan truk flatebed. Karena rasa ingin tahu, saya cari lagi informasinya dan tampaknya barang misterius tersebut memang tampak lebih mirip seperti jet tempur siluman F-60, pabrikan pesawat Shenyang China dikabarkan sedang membangun pesawat ini. Nah, dengan adanya foto baru ini, saya kembali berfikir dan cukup yakin kalau pesawat ini memang benar-benar F-60 siluman.
Shenyang F-60

Shenyang F-60

Shenyang F-60

Shenyang F-60
Seperti yang Anda lihat di foto-foto disini, tampak bahwa jet misteri tersebut memiliki intake udara yang memang menyerupai seperti apa yang ditampilkan pada Shenyang F-60, wing flap-nya juga tampak menyerupai F-60, begitu juga kokpit-nya. Itu pendapat saya, tapi anda lah "hakimnya" he..
Dilihat pada model, F-60 menyerupai versi kecil dari F-22 Raptor, tapi dengan intake udara dan nozel yang berbeda.
Shenyang F-60
Model Shenyang F-60

Jika yang terselubung ini benar-benar jet siluman F-60 (tapi bisa jadi ini adalah pesawat lain atau hanya sebuah "kebohongan" besar dari F-60), Cina sepertinya ingin menunjukkan kepada dunia dua jenis baru jet tempur fighter siluman mereka dalam waktu kurang dari dua tahun.

Pesawat Tempur Buatan Indonesia Dan Korea Selatan


Nasib Jet Tempur Siluman IFX RI

Indonesia,(Info DIrgantara)-Keterlibatan Indonesia dalam pembuatan pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan, menjadi sebuah lompatan bersejarah bagi Indonesia. Hal ini wajar dicapai Indonesia karena memang telah puluhan tahun berkecimpung di dunia perakitan dan pembuatan pesawat.





Indonesia memasuki fase baru yakni joint production pembuatan pesawat tempur sekelas F-16 dengan Korea Selatan. Adapun pesawat yang akan dibangun kira-kira memiliki spesifikasi:

Peran : Multirole Stealth Fighter
Pabrikan: KAI & PT DI
Target Operasi: 2020 (estimasi)
Populasi: Proses development
Mesin: 2 x GE F414-GE-400 (2 x 97,9 kN)/ F414 EPE
Jumlah Produksi: 250 pesawat

Rencananya pesawat ini akan dilengkapi radar AESA buatan Korsel, IRST, datalink dan memiliki kemampuan supercruise. Dua disain pesawat sedang dianalisa yakni: KFX-201: twin engine dan KFX:-101: single engine.

Korea Selatan mengaku telah memiliki 63% teknologi untuk membuat KFX dan memiliki 60% dana untuk membangunnya. Sisanya diharapkan bisa diperoleh dari pihak asing terutama Indonesia yang mendukung pendanaan sebesar 20 persen dan berniat membeli 50 pesawat.


Apakah Pesawat KFX/IFX akan terealisasi ?

Beberapa pihak meragukan kemampuan Korsel dan Indonesia dalam membuat pesawat tempur siluman. Hal ini dikarenakan teknologi inti masih belum dikuasai, seperti: avionik, mesin, data fusion dan material komposit.

Angkatan Udara Korea Selatan mulai tergoda untuk memiliki T50 PAK FA buatan Sukhoi Rusia karena dirasa lebih tidak beresiko dan pesawat prototype-nya pun telah terbang. Jika AU Korsel memilih T50 PAK FA, bisa jadi Indonesia akan dirugikan karena terlanjur mengeluarkan dana dalam proses pengembangannya.

Jika melihat negara-negara yang mengembangkan pesawat jet tempur, track recordnya memang tidak menggembirakan. China saja yang mengembangkan pesawat tempur selama puluhan tahun, tetap saja mengandalkan pesawat dari Rusia. Begitu pula dengan India, Pakistan, Mesir dan bahkan Israel.

Perancis saja yang sudah malang melintang dalam pembuatan pesawat, tetap saja kesulitan menjual jet tempur Rafale. Hingga saat ini hanya Perancis yang menggunakan Raffale, setelah India akhirnya beralih membeli Typhoon Eurofighter.

Israel pun demijian. Pembuatan jet tempur Kfir tidak sukses. Israel tetap menggunakan F-16 dan F-15 sebagai tulang punggung Angkatan Udara mereka.



Apa yang terjadi dengan Israel ?

Meski Israel gagal membuat jet tempur Kfir menjadi mumpuni, namun efek positifnya banyak didapat. Kegagalan Israel dalam jet tempur Kfir, tidak membuat teknologi dirgantara mereka ikut mati. Israel berhasil menciptakan perlengkapan sensor, elektronik dan sistem senjata bagi pesawat tempur AS yang mereka beli. Bahkan Israel terus berkembang dengan menciptakan: military air system, ground defense system, naval system dan lain sebagainya. Bahkan Israel sangat berkembang dengan teknologi UAV serta AEW&C. Amerika Serikat tidak ketinggalan menggunakan produk UAV dan AEW&C Israel. Begitu pula Rusia yang mulai menggunakan UAV Israel.

Track record negara baru yang mengembangkan jet tempur memang tidak bagus. Namun pembuatan jet tempur KFX/IFX akan memberi banyak efek positif bagi Indonesia dan bahkan bisa memberi efek tidak terduga (invention).

Untuk itulah PT DI telah membuat unit kerja bayangan program KFX/IFX di Bandung. Unit bayangan ini menyalin semua aktifitas KFX-IFX yang dikerjakan para ahli KAI dan PT DI di Korsel. Hal ini untuk pelajaran bagi insinyur Indonesia lainnya maupun antisipasi jika proyek KFX di Korsel terhenti.

Dengan pembuatan KFX/IFX, Indonesia akan belajar membuat sistem senjata, sensor dan elektronik, radar dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan IFX yang dibangun. Tentu insinyur-insinyur Indonesia akan mempelajari sistem terbaik untuk diinstal di pesawat tempur tersebut. Kesempatan inilah yang sangat mahal. Para ahli penerbangan dan militer Indonesia, memiliki kesempatan melakukan “praktek lapangan” dengan medium IFX.

Joint production antara Korsel dan Indonesia dalam membuat jet tempur KFX/IFX merupakan langkah yang jitu.
Diagram efek KFX yang dirilis Korsel

Kasus yang sama sebenarnya sedang terjadi dengan TNI AL. Saat ini TNI AL telah berhasil membuat berbagai jenis kapal perang, yang sistem persenjataannya dibeli dari negara asing. Hal ini sebuah kemajuan. Indonesia telah mampu meng-install rudal yakhont maupun C-802 di berbagai KRI.

Kini Indonesia mul`i melangkah dengan membuat Combat Management System (CMS) untuk kapal-kapal perang buatan dalam negeri. Indonesia bisa terus bergerak untuk mendapatkan lompatan teknologi, bukan sekedar membelinya dari negara asing.

Hal-hal yang besar di dunia ini, diawali dengan yang kecil. Kini Indonesian bergerak dengan proyek: Pesawat Tempur IFX, Kapal Cepat Rudal Trimaran, Kapal Selam Chang Bogo, Tank Medium Pindad dan Senjata Serbu Pindad. Merdeka Indonesia

Airbus pindahkan produksi C295 ke Bandung


Bandung, 28/11 (Info Dirgantara) - Airbus Military tengah dalam proses memindahkan aktivitas produksi pesawat transpor menengah C295 dari Sevilla, Spanyol, ke PT Dirgantara Indonesia (Persero) di Bandung.

"Selain tingginya faktor kepercayaan Airbus Military kepada kami, ke depan mereka memang hanya akan memusatkan perhatian pada produksi pesawat transpor militer berbadan lebar A400M," kata IP Windu Nugroho, staf senior Divisi Komunikasi PTDI kepada media di kantornya, di Bandung, Rabu.

Dalam proses pemindahan itu, PTDI kini sedang membangun pusat pengiriman (delivery center) untuk pesawat CN295, sebutan selanjutnya bagi C295 setelah produksi bersama dilaksanakan.

Kegiatan ini salah satu bentuk perwujudan program revitalisasidi di tubuh PTDI, kata Windu.

Proses pembangunan "delivery center", kata Windu, disertai pula dengan proses pembangunan lini perakitan akhir (final assembly line) CN295, yang pengerjaannya dibantu oleh tim ahli dari Airbus Military sebagai mitra bisnis. Delivery Center CN295 diharapkan selesai pada kuartal pertama 2013.

Setelah fasilitas itu siap, PTDI akan mampu mengirimkan pesawat hasil produksinya empat unit per tahun ke seluruh customernya, khususnya untuk pesawat ke tiga hingga ke tujuh pesanan TNI AU dari sembilan pesawat yang dipesannya, dengan dua sudah diserahkan ke TNI-AU bulan lalu.

Windu menjelaskan, Kementerian Pertahanan RI memutuskan pembelian sembilan CN295 pengganti pesawat-pesawat Fokker F-27 yang sudah dioperasikan TNI-AU sejak pertengahan 2970-an. Pengadaan CN295 untuk TNI-AU itu ditandatangani saat pameran kedirgantaraan Singapore Airshow, Februari 2012.

PTDI dan Airbus Military memiliki sejarah kerja sama panjang di berbagai bidang industri penerbangan sejak tahun 1976.

Dalam kurun waktu tersebut, PTDI telah memproduksi 102 unit NC212-200, 10 unit NC212-400, 60 unit CN235 dalam berbagai varian dan misi, 200 unit CN235 sharing component untuk Airbus Military, 2 unit CN295, dan 88 unit C295 sharing component untuk Airbus Military.

Sebagai mitra, PTDI dan Airbus Military akan terus terlibat bersama dalam berbagai hal, diantaranya dalam pendistribusian teknologi dan pengetahuan seputar area manufaktur, manajemen proyek, teknologi informatika dan pengembangan komersil, yang tentunya akan menguntungkan ke dua belah pihak.

Terkait dengan proyek bersama itu, pesawat CN295 pertamakali diluncurkan oleh Airbus Military pada tahun 1996. Pesawat ini merupakan versi pengembangan dari CN235 yang sudah populer, dengan menawarkan kapasitas dan jangkauan lebih besar. Keduanya telah menjadi pesawat terlaris dalam segmen pasar masing-masing.

CN295 memiliki tingkat keandalan dan dukungan operasional tinggi seperti CN235, dan terbukti di medan pertempuran dan sukses dalam misi berkondisi panas, padang pasir, maritim serta kondisi dingin/es.

Pesawat ini dilengkapi "highly integrated avionics system (HIAS), sistem avionik terpadu modern berdasarkan Thales Topdeck Avionics.

Konsep arsitektur pesawat yang fleksibel dan penggunaan peralatan sipil/militer teknologi ganda memastikan kesuksesan misi taktis, potensi pertumbuhan untuk peralatan di masa depan, serta kesesuaian dengan lingkungan dirgantara sipil dewasa ini.

Ciri lain CN295 adalah avionik kokpit kaca pesawat terdiri dari empat matriks liquid crystal display berukuran besar (6x8 inci), kompatibel dengan kacamata malam hari. Sistem avioniknya terintegrasi dengan layar multifungsi untuk memperbaiki kesadaran situasional bagi pilot serta mengurangi beban kerja pilot dan meningkatkan efektivitas misi.

Pesawat ini juga memiliki alat perlindungan diri di lingkungan berbahaya seperti Irak dan Afghanistan, berupa pelindung kokpit, perangkat untuk mendeteksi radar (RWR), misil (MAWS) dan laser (LWS) serta memberitahukannya pada pilot, serta penglepas bunga api (flare dispenser).

CN295 juga mempunyai pilihan kapabilitas mengisi bahan bakar di tengah penerbangan. Pesawat CN295 memberikan tingkat multifungsi dan fleksibilitas yang luas, memenuhi kebutuhan kinerja dengan biaya rendah, dari lapangan udara yang kecil dan tidak beraspal, dengan layanan dukungan sepanjang usia pesawat.

CN295 pesawat segala misi, transportasi personel dan kargo hingga evakuasi, komunikasi dan logistik, ataupun kapabilitas air-dropping tersertifikasi. Semua ini dijalankan dengan waktu pengubahan konfigurasi tercepat, sehingga menurunkan risiko ketika beroperasi di lingkungan berbahaya.
PT Dirgantara Indonesia lakukan pembenahan besar



Bandung (Info Dirgantara)-PT Dirgantara Indonesia (Persero) melaksanakan pembenahan diri skala besar melalui program restrukturisasi dan revitalisasi guna menghadapi tantangan bisnis kedirgantaraan kini dan masa depan.

"Pasar industri kedirgantaraan semakin kompetitif. PT DI sebagai industri pesawat terbang kebanggaan bangsa Indonesia harus siap menghadapi tantangan itu agar tetap eksis," kata I.P. Windu Nugroho, staf senior Divisi Komunikasi PT DI kepada pers di Bandung, Selasa (4/12).

Windu mengatakan jajaran PT DI menyadari upaya menghadapi tantangan bisnis itu bukan pekerjaan mudah. Diperlukan kerja keras dan tekad bersama seluruh komponen bangsa terkait, dukungan Pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya, wacana saja tak cukup, kata Windu.

Untuk menjawab tantangan, PT DI telah melakukan Program Restrukturisasi dan Revitalisasi baik dalam hal organisasi, keuangan, SDM, perbaikan sistem Informasi Teknologi, permesinan, dan lainnya.

"Restrukturisasi ini berdasarkan arahan Pemerintah saat pelantikan manajemen baru Oktober lalu," kata Windu.

Untuk program Revitalisasi, katanya, PT DI sepenuhnya dibantu oleh para tenaga ahli dari Airbus Military sebagai mitra bisnis utama saat ini. Sejarah panjang kerjasama PTDI dan Airbus Military dalam pembuatan dan pengembangan pesawat terbang di Indonesia sejak 1976.

"Dengan semakin meningkatnya kepercayaan Airbus Military terhadap kinerja PTDI, beberapa bentuk perjanjian baru telah dibuat dan ditandatangani," kata Windu yang menambahkan Airbus telah memutuskan pemindahan produksi pesawat C295-nya dari Sevilla di Spanyol ke Bandung.

Kerjasama PTDI-Airbus Military itu antara lain dalam Perjanjian Kerjasama Strategis (Strategic Collaboration Agreement), Perjanjian Beregu (Teaming Agreement), Perjanjian CN295, Perjanjian Kolaborasi Industri (Industrial Collaboration Agreement).

Khusus program revitalisasi untuk proyek CN295, kerjasamanya bertujuan memperluas kemampuan Industri Strategis Nasional, ditandatangani pada 21 Desember 2011, meliputi beberapa paket pekerjaan strategis, yaitu Rear Fuselage, Empennages, Delivery Center, In-Service Support dan Computer Based Training.

Dari kerjasama tersebut, PT DI berharap dapat memproduksi beberapa komponen penting dari pesawat CN295, baik yang diperuntukan bagi customer domestik maupun luar negeri, serta pengiriman pesawat ke customer tepat waktu.

Saat ini PT DI dan Airbus Military telah menyelesaikan Industrial Plan dan New Lay-out untuk Rear Fuselage, Empennages dan Delivery Center.

"Diharapkan pada awal tahun 2013 Delivery Center sebagai pusat pengiriman pesawat CN295 dapat dirampungkan pembangunannya," katanya.

Selain dari itu, pekerjaan program revitalisasi lainnya adalah pembenahan dengan mengubah sistem IT yang ada, semula dari sistem Integrated Resources Planning (IRP) menjadi sistem Enterprise Resources Planning (ERP).

Sistem ERP akan digunakan adalah SAP, yaitu sistem ERP yang kini banyak penggunanya baik di lingkungan BUMN maupun swasta dengan keunggulan antara lain data lebih akurat, visibilitas lebih baik, kontrol lebih bagus serta aliran data lebih mulus dia ntara seluruh unit dan direktorat yang ada di lingkungan perusahaan.

Tahapan implementasi berupa pembersihan data, pengujian sistem SAP serta pelatihan bagi pemakai. Dengan terealisasinya seluruh program revitalisasi di tubuh PTDI, diharapkan perusahaan pelat merah ini siap menghadapi tantangan pasar yang semakin komplek dan PTDI mampu menjawab semua itu, demikian Windu.

Sejak berdiri tahun 1976 hingga kini PTDI telah memproduksi lebih dari 300 pesawat, baik sayap tetap (fixed wing) maupun helikopter (rotary wing). Untuk produk Pesawat NC-212 di bawah lisensi CASA (sekarang Airbus Military), PTDI telah diproduksi lebih dari 102 unit baik versi sipil maupun militer.

PTDI juga telah memproduksi sebanyak 122 helikopter NBO-105 dibawah lisensi MBB (sekarang Eurocopter Jerman). Sebagian besar helikopter tersebut dioperasikan oleh militer Indonesia.

Selain itu PTDI juga telah memproduksi helikopter NBell-412 lebih dari 33 unit ditambah NBell-412 EP sebanyak 7 unit dibawah lisensi Bell Helicopter Textron (USA) serta helikopter Super Puma 22 unit dibawah lisensi Aerospatiale (sekarang Eurocopter Perancis).

Produk CN-235 dari hasil kerjasama dengan CASA Spanyol yang dimulai sejak tahun 1979 telah menghasilkan kurang lebih 260 unit dan telah tersebar di berbagai negara di dunia. Terbang perdana CN-235 dilakukan pada bulan Desember 1983 dan mulai masuk pasar pada tahun 1986.

PTDI-Airbus Military perkuat kemitraan bisnis






Bandung (Info Dirgantara)-PT Dirgantara Indonesia (PTDI) semakin memperkuat kemitraan bisnis dengan Airbus Military melalui berbagai program produksi bersama yang tercakup dalam perjanjian jangka panjang di antara kedua perusahaan.

“Kami bertekad semakin memperkuat kemitraan bisnis dengan Airbus Military. Kemitraan itu terkait pada produksi bersama pesawat-pesawat C212-400 dan C295,” kata Sonny Saleh Ibrahim, Asisten Dirut PTDI untuk Kendali Mutu/Asisten Dirut untuk Komunikasi Perusahaan, di Bandung, Kamis.

Berbicara kepada media terkait evaluasi akhir tahun, Sonny mengatakan PTDI dan Airbus Military telah menandatangani kesepakatan  bersama meluncurkan Airbus Military C212-400 versi upgrade sebagai tindak lanjut perjanjian jangka panjang. 

Pesawat itu selanjutnya dinamai NC212 dan akan ditawarkan kepada pelanggan sipil serta militer, dilengkapi dengan avionik digital dan sistem autopilot terkini. Interiornya terbaru dan bisa membawa sampai dengan 28 penumpang. Versi saat ini 25 penumpang, sehingga efisiensi biaya naik secara berarti. 

Semua pesawat upgrade tersebut akan menempatkan NC212 ini pada posisi tawar yang sangat kompetitif  di segmen pasar pesawat kecil dan medium. Pesawat ini akan disertifikasi oleh EASA dan FAA sesuai dengan FAR 25.

Kesepakatan kerjasama dalam pengembangan, manufaktur, komersialisasi dan dukungan pelanggan ini untuk memenangkan kompetisi memenuhi kebutuhan pasar di segmen pesawat kecil, baik untuk sipil, militer dan kargo, pada dekade berikut. 

Sonny menjelaskan potensi pasar pada segmen ini diperkirakan akan mencapai sekitar 400-450 pesawat dalam sepuluh tahun kedepan.  Final Assembly Line sedang disiapkan di fasilitas PTDI di Bandung.  

NC212 upgrade ini   hasil langsung kedua dari Perjanjian Kemitraan (Teaming Agreement) PTDI-Airbus Military, proyek kerjasama ini tetap menjadi bagian dari proses revitalisasi PTDI melalui suatu perjanjian kerjasama baru dalam NC212 upgrade dan pengembangan usahanya. 

Juga, ada kontrak untuk sembilan CN295 dari Kementerian Pertahanan RI kepada PTDI pada awal tahun dan paket-paket kerjasama antara PTDI dan Airbus Military berkaitan dengan C295 adalah hasil langsung pertama dari “Teaming Agreement” itu, di dalamnya rencana pembangunan CN295 Delivery Center, CN295 Final Assembly Line, dan pendirian Pusat Pelayanan CN295 di Bandung.

Sejak Oktober 2011, dua perusahaan ini telah menempatkan tim-tim kerja bersama di fasilitas PTDI di Bandung, di mana personil Airbus Military bekerja di dalam lokasi kerja PTDI. 

Tim-tim ini bekerja dalam lingkup industrial dan komersial yang fokus pada penciptaan bisnis baru bagi kedua perusahaan dalam memajukan kemampuan produksi, proses rekayasa, teknologi informasi, dan transfer pengetahuan dalam rangka mendorong PTDI menjadi industri pesawat terbang kecil dan medium terkemuka di Asia dan Pasifik.