Senin, 15 April 2013



Laporan dari Malaysia

Berkat Proyek Pesawat N250 Ciptaan Habibie, RI Punya Banyak Ahli Dirgantara






Langkawi (info dirgantara) - Tidak dapat dipungkiri proyek pembuatan pesawat N250 yang dipimpin BJ Habibie banyak menciptakan para ahli-ahli pembuat pesawat nasional. Namun sebagian dari ahli-ahli tersebut saat ini bekerja di perusahaan milik asing.

"Proyek N250 itu sisi positifnya banyak menciptakan para ahli-ahli pembuat pesawat nasional," kata Vice President Sales & Marketing PT Dirgantara Indonesia Arie Wibowo kepada detikFinance di 12th Langkawi International Maritime & Exhibition 2013 (LIMA '13), Malaysia, Selasa (26/3/2013).

Kata Arie, apalagi proyek tersebut juga mendapat dukungan penuh negara, terutama dari sisi pendanaan. Karena itu banyak tercipta banyak ahli pesawat di dalam negeri. Ari menjadi salah satu ahli pesawat yang lahir dari proyek pesawat tersebut. "Makanya saya bangga dengan N250," katanya.

Namun karena proyek tersebut dihentikan, ahli-ahli pesawat terbang dari Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) saat ini terpencar di berbagai negara. Ada yang bekerja di Airbus, Boeing, ATR, Eurocopter, dan banyak lagi.

"Termasuk saya sendiri, dulu saya setelah IPTN tidak ada kepastian saya kerja di perusahaan pesawat asing di luar negeri banyak yang pindah, tapi banyak pula yang masih setia di PT DI. Dan ketika dipanggil kembali saya bersedia pulang, dan masih banyak ahli-ahli pesawat terbang kita di luar sana akan bersedia jika dipanggil kembali dan membangun industri pesawat terbang Indonesia menjadi jauh lebih besar lagi," tandasnya.

Selasa, 02 April 2013

10 Pesawat Terbang Yang Gagal Diproduksi Massal


1. TUPOLEV TU-144
Pesawat yang mirip dengan Concorde ini adalah pesawat supersonic pertama yang dibuat Rusia yang mencapai kecepatan March 2 (2 kali kecepatan
suara), pesawat yg dijuluki “Concordski” ini begitu cepat namun tertimpa kesialan yg bertubi-tubi, 3 pesawat jatuh salah satunya jatuh ketika beraksi
di Paris Air Show 1973 yg disaksikan beribu pasang mata.
Suatu kecelakaan yg dramatis sehingga pesawat ini akhirnya hanya dijadikan sebagai pesawat pengantar surat oleh pemerintah Rusia, pada tahun 1985
pesawat ini berhenti mengudara.

2.B.O.A.C. de Havilland Comet

COMET merupakan pesawat jet komersial Inggris pertama sekaligus merupakan kebanggan inggris ketika mengudara pertama kalinya pada tahun
1949, tapi sekarang hanya dikenang sebagai pesawat yang sangat tidak aman untuk terbang, dari 114 yang diproduksi 13 diantaranya jatuh karena
cacat produksi karena salah satu material logam dari pesawat itu mudah rusak.

3. H-4 Hercules

The “Spruce Goose” begitu pesawat ini dijuluki adalah pesawat paling pintar sekaligus paling besar namun juga merupakan pesawat paling mubadzir yang
pernah dimiliki pemerintah Amerika. Dengan rentangan sayap yang panjangnya 319 Feet atau sekitar 97 meter pesawat ini rencananya akan
dipakai untuk perang dunia II, namun setelah perang dunia II berakhir pesawat ini belum selesai dibuat, setelah selesai diproduksi pesawat ini hanya
pernah terbang 1 kali saja.

4. LWS-4 Zubr

Zubr merupakan pesawat yang buruk sekaligus tak bermanfaat, selain tidak nyaman ketika terbang juga bisa hancur tanpa peringatan ketika menerima
tekanan udara yang tinggi, tak hanya itu pesawat ini tidak mampu terbang ketika dimuati hanya beberapa dus rokok saja. Pesawat ini pernah terbang
beberapa kali ketika perang dunia II namun tidak pernah terlibat dalam
pertempuran.

5. Christmas Bullet

Nama yang bagus, pesawat yang buruk, Dr. William Christmas melupakan 1 hal ketika mendesain pesawat ini, dia tidak tahu kalau sayap pesawat model
ini butuh penopang alhasil ketika terbang perdana pada tahun 1918 sayap pesawat ini hancur berantakan dan jatuh.

6. Beechcraft Starship

Dengan konstruksi carbon-composite, desain yang unik dan mesin turbo dibelakang, Starship merupakan suatu terobosan baru namun pesawat ini
terlalu lamban, sukar untuk diterbangkan dan sulit untuk di pelihara.
Pesawat ini mengudara pada tahun 1989 tetapi hanya laku beberapa unit
saja dari 53 buah yang dibuat.

7. Hiller VZ-1

Hiller VZ-1 tampak bagus diatas kertas namun tampak jelek diudara. Idenya sederhana saja, sebuah kipas berputar dan putaran itu menghasilkan
dorongan keatas, sementara sang pilot mengendalikan pesawat sambil berdiri.
Departemen pertahanan Amerika jatuh cinta dengan model pesawat ini tetapi
ketika diterbangkan diatas kecepatan 16 Mil/jam pesawat ini sulit dikendalikan bergerak kesana-kemari akhirnya project ini dihentikan pada tahun 1950an.

8. A-12 Avenger II

Pesawat project-nya Departemen pertahanan Amerika ini memakan biaya yang begitu besar dan boros, juga merupakan project paling memalukan di
era 1980an karena sistem radar yang menggunakan bahan composite ini sering tidak berfungsi. Riset untuk memperbaiki kekurangan ini hanya
menjadikan biaya pembuatan pesawat ini melambung tinggi menjadi $165 Juta/unit (sekitar RP. 1,5 Triliun) akhirnya project ini dihentikan oleh Menteri
pertahanan Amerika pada tahun 1991.

9. Royal Aircraft B.E.2

Dengan mesin yang seperti kurang darah, miskin kemampuan manuver dan posisi senapan yang menghalangi pilot. Pasukan Jerman dengan mudah
menembak jatuh pesawat-pesawat ini dalam pertempuran perang dunia I.

10. Boeing XB 15

XB 15 merupakan pesawat terbesar yang pernah dibuat Amerika selain H-4 Hercules, pembom ukuran raksasa ini bahkan ada kamar tidur untuk kru di
bagian sayapnya. Ketika diuji coba pada tahun 1937 pesawat ini tidak mampu terbang lama dan hanya mampu melaju dalam kecepatan 200 mil/jam,
angkatan udara Amerika menghentikan project ini, selanjutnya pesawat ini dimodifikasi dan hanya dijadikan pesawat kargo dengan nama Boeing XB.




AirAsia beli pesawat A320 RM29.14 bilion 
               AirAsia  beli pesawat A320 RM29.14 bilion
Dari kiri Tony Fernandes, Kamarudin, Cameron, David Jones (Menteri Wales); Fabrice Brégier (Ketua Pegawai Eksekutif Airbus dan John Leahy (Ketua Pegawai Operasi Pelanggan) ketika mengumumkan tempahan 100 pesawat A320 di Broughton, United Kingdom, semalam. Syarikat muktamadkan perjanjian tempahan baru 100 unit

AIRASIA Bhd terus mengukuhkan kehadirannya di Asia apabila memuktamadkan perjanjian untuk menempah 100 lagi pesawat Airbus A320.

Harga katalog bagi semua 100 pesawat itu ialah AS$9.4 bilion (RM29.14 bilion).
Ketua Eksekutif Kumpulannya, Tan Sri Tony Fernandes ketika mengumumkannya berkata, langkah itu adalah sebahagian strategi AirAsia untuk mengekalkan kedudukannya sebagai syarikat penerbangan tambang murah terbaik di Asia menerusi penambahan laluan baru dan peningkatan frekuensi yang menyeluruh.


Beliau berkata, tempahan baru itu meningkatkan jumlah tempahan pesawat AirAsia kepada 475 unit, dengan 100 daripadanya sudah diterima setakat ini.

Katanya, tempahan baru itu yang merangkumi 36 pesawat A320 dengan kapasiti ‘Current Engine Option (CEO)’ dan 64 yang dilengkapi New Engine Option (NEO) adalah bagi mengembangkan penguasaan pasaran teras AirAsia, iaitu di Malaysia, Thailand dan Indonesia, serta pasaran yang baru diterokanya iaitu Jepun dan Filipina.

Ia juga kata beliau, akan meningkatkan capaian syarikat penerbangan itu ke pasaran yang mempunyai penduduk ramai seperti China dan India.

"Tempahan baru ini sejajar dengan strategi memperluaskan rangkaian penerbangan kami menerusi pelancaran laluan baru dan penambahan frekuensi, sekali gus membolehkan AirAsia mengekalkan penguasaan pasaran terutama di Malaysia dan Thailand.
Catat pertumbuhan kukuh

"Di Malaysia, kami berdepan pelbagai cabaran dalam tempoh 10 tahun lalu, tetapi AirAsia terus mencatatkan pertumbuhan kukuh daripada segi muatan dan pendapatan. Kunci kejayaan kami adalah kerana fokus dan disiplin yang diukur dari aspek kos dan model perniagaan," katanya kepada sidang media di sini, semalam.

Tempahan 100 pesawat Airbus A320 itu diumumkan sempena lawatan Perdana Menteri Britain, David Cameron, ke kilang pembuatan sayap pesawat Airbus di Broughton, United Kingdom.

Pada majlis pemeteraian perjanjian tempahan itu, Tony mewakili Kumpulan AirAsia manakala Airbus diwakili oleh Presiden dan Ketua Eksekutifnya, Fabrice Brégier. Yang turut hadir ialah Timbalan Ketua Eksekutif Kumpulan AirAsia, Datuk Kamarudin Meranun.

Tony berkata, AirAsia Thailand telah menyaksikan pertumbuhan pantas bagi penumpangnya dan berada pada landasan untuk menjadi antara penyumbang utama kepada pendapatan AirAsia selepas operasi di Malaysia.

"Memandangkan AirAsia Jepun dan AirAsia Filipina adalah unit penerbangan baru bagi Kumpulan AirAsia, tumpuan kami kini adalah bagaimana untuk meningkatkan keuntungan, mengekalkan kos yang rendah dan memastikan AirAsia terus menjadi pilihan utama di pasaran berkenaan," katanya.

Penghantaran bagi 36 pesawat Airbus A320 CEO yang ditempah AirAsia itu adalah sehingga 2016, dengan dua daripadanya akan diterima AirAsia tahun depan; empat pesawat (2014); 22 pesawat (2015) manakala lapan lagi pada 2016.

Sementara itu, 64 pesawat Airbus A320 NEO akan mula dihantar bermula 2017 membabitkan lapan pesawat; 14 pesawat (2018); 15 pesawat (2019); 14 pesawat (2020) dan 13 lagi pada 2021.

Senin, 01 April 2013

Anak Usaha Lion Air, Malindo Air, Mulai Beroperasi




                    http://statik.tempo.co/data/2013/03/25/id_174184/174184_475.jpg
Jakarta,(Info Dirgantara)-Wakil Menteri Transportasi Malaysia Datuk Abdul Rahim Bakri meluncurkan maskapai hibrida baru, Malindo Air, di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Ia mengatakan penerbangan dengan rute Kuala Lumpur-Kota Kinabalu dapat mendorong aktivitas pariwisata ke Sabah. "Diharapkan jumlah pengunjung dapat mencapai angka 1,87 juta," katanya melalui keterangan resmi, Senin, 25 Maret 2013.

Ia menjelaskan Malindo Air berencana menjadikan Kota Kinabalu sebagai pusat kedua. Maka, kata dia, akan ada akses langsung menuju Sabah dari Indonesia, Korea, Jepang, dan Cina. Hal itu dianggap Bakri dapat meningkatkan investasi di negara tersebut serta membuka lapangan pekerjaan.

Malindo Air beroperasi dengan menggunakan Boeing 737-900ER. "Sesungguhnya kami bangga menjadi maskapai pertama yang terbang menggunakan 737-900 ER di Malaysia," kata Chief Executive Officer Malindo Air, Chandran Tama Muty. Maskapai tersebut menawarkan konsep hibrida, melalui kelas bisnis dan ekonomi.

Malindo Air merupakan anggota Lion Group. Maskapai itu membuka penerbangan berjadwal di seluruh wilayah Malaysia dan Asia. Maskapai tersebut rencananya akan menerbangkan 100 pesawat dalam 10 tahun mendatang.

Selain itu, Malindo Air akan mulai melayani rute dengan waktu tempuh lebih dari 5 jam penerbangan dari Ibu Kota Malaysia.